Tuesday, 12 April 2011

Pemberitaan Norman Dan Arifinto dalam Psikologi Komunikasi

Berbicara tentang sebuah berita tentu sangat erat kaitannya dengan komunikasi sebagai alat ujaran untuk menyampaikan sesuatu pada orang lain. Nah pada masakini sebuah penyampain tentu akan lebih efektif manakala semua sarana yang ada bisa dimamfaatkan dengan baik, persoalannya kemudian adalah sipenyampai berita ini tujuannya untuk apa, maka disinilah betapa pentingnya siapa yang menyampaikan, dari manakah dia, apa tujuannya dia dan apa dampak yang akan dihasilkan dari berita tersebut bagi objeknya atau penerima informasi tersebut.

Perlu diketahui bahwa Informasi ibarat mata uang logam dengan dua sisi, yaitu ia memiliki dampak / pengaruh positif dan negatif. Dampak informasi bisa terjadi terhadap hal-hal berikut:
1. Emosi
Informasi yang baik atau menyenangkan bagi penerimanya tentu dapat menimbulkan bentuk-bentuk emosi yang positif seperti: semangat, motivasi, kegembiraan, keyakinan, dan sebagainya. Sebaliknya informasi yang buruk atau tidak menyenangkan dapat melahirkan bentuk-bentuk ungkapan emosi yang negatif seperti: kemarahan, kecemasan, khawatir, takut, dan lain-lain. Contohnya, seorang selebriti atau artis dan politisi yang lagi hangat-hangatnya pada saat ini (isu, kabar miring, gosip buruk dan kasus video forno) tentang dirinya maupun orang lain dan ini boleh jadi akan menjadi gelisah, marah, cemas, dan menjatuhkan harga diri yang bersangkutan baik secara moril maupun secara skologis.

2. Sikap hidup dan perilaku
Menerima suatu tipe informasi positif atau negatif secara terus menerus dalam kurun waktu yang lama tanpa disadari dapat mempengaruhi prilaku sikap hidup seseorang. Informasi yang diterima dalam waktu lama dan telah diserap dan mengendap di otak akan dapat mempengaruhi keyakinannya dalam bersikap. David Schwart dalam bukunya Big Thought (Berpikir dan Berjiwa Besar) telah mengingatkan kita agar berhati-hati terhadap informasi yang kita pilih dan masuk ke otak kita setiap harinya karena itu akan mempengaruhi sikap hidup dan perilaku si manusia itu sendiri. Informasi menurutnya adalah ibarat 'makanan bagi otak' sehingga kita perlu berhati-hati dalam memilih 'makanan yang baik' bagi otak kita bila kita ingin sukses dan bahagia dalam kehidupan ini.

3. Pengetahuan dan Skill
Belajar dari informasi yang benar akan meningkatkan skill ke arah yang lebih baik. Sebaliknya informasi yang kurang tepat justru akan menghambat penguasaan skill. Misalnya, seorang guru yang memberikan penjelasan yang benar akan mempercepat pemahaman siswa, sebaliknya pemberian informasi yang tidak jelas dan tidak mudah dimengerti akan memperlambat penguasaan pengetahuan dan skill pada siswa tersebut. Informasi-informasi yang keliru atau menyesatkan akan membuat orang terus-menerus terjebak dalam kesalahan-kesalahannya.

Pada abad modern sekarang ini adalah abad digital yaitu zaman dimana informasi begitu mudahnya diperoleh dari berbagai sumber. Alat komunikasi, media cetak (buku, majalah, koran), media elektronik (televisi, radio), telah menyediakan kemudahan dalam memperoleh informasi. Dan kondisi sekarang ini semakin dipermudah dan dipercepat dengan adanya internet yang telah menjadi trend di seluruh dunia. Informasi dan berita yang semula hanya diperoleh lewat koran atau televisi kini telah dapat diakses secara lebih cepat melalui situs atau portal berita online. Portal berita semacam Detik.Com, Kompas.Com, Vivanews.Com, dan lain-lain, tentu sudah tidak asing lagi. Kini telah hadir pula VisiMaya.Com sebagai portal informasi Indonesia alternatif yang meramaikan khasanah informasi Indonesia yang bisa diakses secara online. Dan yang lebig penomenal lagi semau orang dengan mudahnya membuat website baik yang berbayar maupun geratisan.

Kembali kepada pembahasan awal bahwa, betapa informasi itu sangat penting tinggal bagaimana sipenerima informasi tersebut bersikap dan bertindak, mau sebagai penikmat berita, penyampai berita atau kombinasi dari keduanya.

Ada kata bijak yang disampaikan oleh Ali Bin Abi Tholib kalau tidak salah beliau mengatakan yang artinya “Lihatlah apa yang dia katakan tapi jangan lihat siapa yang mengatakan” artinya janganlah kita mudah meremehkan orang lain.

Seperti petuah orang-orang tua dulu yang saya sering dengar adalah "Jangan meremehkan segala sesuatu yang kamu anggap kecil, bisa jadi itu awal dari kebangkitan atau kejatuhan." Begitulah kurang lebihnya.

Pernyataan di atas terasa sekali pada kasus yang dialami oleh Briptu Norman dan Arifinto pada saat ini. Betapa berita kedua orang ini ttelah menghiasi halaman muka berbagai media tanah air dan menjadi bahan perbicangan dari warung kopi kaki lima hingga hotel berbintang lima .

Siapa sangka Briptu Norman, seorang anggota Brimob dari Polda Gorontalo mendadak sontak menjadi begitu terkenal saat videonya kala menyanyikan lagu India, Chiyya-Chaiyya, ditampilkan di Youtube dan diunggah ratusan ribu orang.

Arifinto, wakil rakyat dari Faksi Partai Keadilan Sejahtera, juga meraih popularitas serupa namun dengan cara berbeda. Ia tertangkap kamera seorang wartawan kala asyik menonton video porno dari alat komunikasi miliknya saat sidang paripurna DPR beberapa waktu lalu.

Sang anggota Brimob sempat akan dihukum sang atasan karena melanggar sejumlah aturan disiplin. Tapi yang terjadi adalah, ratusan ribu rakyat membela, memuji serta mengidolakannya. Mereka meminta kepada Polri agar Briptu Norman tidak dihukum bahkan meminta agar ia diberikan "penghargaan" karena telah menghibur rakyat Indonesia yang saat ini sedang kesusahan dalam menjani hidup.

Maka kemudian yang terjadi ia diundang ke berbagai acara di sejumlah stasiun televisi, diundang bertemu Kapolri bahkan diajak rekaman oleh seorang produser. Di sepanjang roadshow-nya, masyarakat selalu mengelu-elukannya sebagai idola baru. Polisi bahkan mengakui, dengan popularitas Briptu Norman, citra kepolisian sedikit banyak terangkat ke arah yang lebih baik. Bagi masyarakat, ternyata polisi tidak melulu berkarakter seram namun ternyata memiliki sisi manuasiawi yang sama dengan rakyat kebanyakan.

Pantas dan layak jika Briptu Norman disebut sebagai From Zero To Hero.

Kebalikannya dengan Arifinto. Hanya dalam hitungan menit, "keisengannya" untuk membuka sejumlah konten video porno saat sidang paripurna DPR, mendatangkan malapetaka besar bagi diri dan partainya, PKS.

Ribuan kecaman datang bertubi-tubi dari segala lapisan masyarakat. Ia dianggap tidak pantas melakukan hal tersebut, apalagi sebagai anggota dewan dari partai Islam yang mengklaim sebagai partai bersih. Imbasnya, PKS menuai hujan kritik karena dianggap munafik. DPR yang tengah membahas pembangunan gedung baru DPR bernilai Rp 1,6 triliun, makin anjlok kredibilitasnya.

Buntutnya, Arifinto pada Senin (11/4) mengundurkan diri dari keanggotaannya sebagai wakil rakyat di DPR. Ia dipastikan akan sangat berat, terhitung mustahil, jika akan kembali mengajukan diri sebagai wakil rakyat pada pemilu mendatang karena kepercayaan terhadap dirinya telah musnah.

Layak dan pantas jikalau Arifinto disebut sebagai From Somebody To Nobody.

Dari permasalahan pada kedua kasus anak Adam tersebut pantas menjadi renungan bagi kita semua. Terlebih bagi seluruh pemangku jabatan di republik tercinta ini. Ternyata, untuk memenangkan hati rakyat Indonesia, bukan dengan retorika dan topeng kesalehan semata. Namun menyenangkan hati masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai jalan, bahkan dengan cara sederhana dengan didukung informasi maka jadilah ia layaknya selebritis.

Dengan syarat, menyenangkan rakyat melalui perilaku jujur, sederhana, tidak mengumbar janji serta ikhlas. Sebagaimana keikhlasan Briptu Norman menyanyikan lagu Chiyya-Chaiyya untuk menghibur rekannya kala sedang ditimpa kemelut rumah tangga. Terlepas kemudian apakah niilai informasi itu baik dimata manusia saja atau juga baik dimata Tuhan.Ya betapa dahsyatnya sebuah informasi ia dapat menghitam putihkan jalan hidup setiap manusia namun semua itu juga tidak terlepas dari campur tangan Tuhan sebagai sang Maha berkehendak.


No comments:

Post a Comment

Komentar Anda sopan kami hargai