Oleh : Sarpani Arpan
Kata
"Bajakah" Akhir-akhir ini lagi viral di jagat maya. Bajakah
kepanjangan dari Balikpapan, Samboja, Kariangau dan Handil, atau bisa juga
Balikpapan jadi ibu kota berkah, "he..hee berharap" atau istilah anak
Kalimantan "Balikpapan jadi ibu kotakah?, layakkah??.."sory sedikit
intermezzo,,,,"ga usah serius amat bacanya, santai!"
"Oya
kembali ke laptop!", selain video ada lagi yang bertanya,"bujurkah
itu?" has bahasa Kalimantan. Iya seorang Youtuber yang lagi heboh karena
alasan sederhana mau istirahat sejenak dari media sosial.
Seorang kawan lainnya ga mau ketinggalan "bujurkah
itu videonya?" eits video apa itu, jawab teman lainnya" maksudnya
inilah si Youtuber ya, mau rehat, istilah saya maaf 'muntaber' alias mundur
tanpa berita. Ya mundur
dari media sosial memang mulai banyak digaungkan para milenial, ketika mereka
merasa fanatik dan berlebihan menjalani hidup di dunia virtual alias radikal
jadilah kecanduan.
Lalu ada
lagi berita heboh hanya gara-gara calon TNI membawa bendera Tauhid yang
dipersoalkan bukan karena dia blasteran Perancis tapi karena memanggul bendera
tauhid. Langsung dilabeli 'radikal'.
Sudah
begitu parahkah phobia dan paranoid merasuki jiwa bangsa ini?
Semoga saja
tidak, karena kalau itu terjadi mau sampai kapan stigmatisasi dari istilah
intoleransi sampai istilah radikalisme digaungkan?. ngomong-ngomong radikal
saya lebih tertarik membahasnya dalam perspektif bahasa.
Radikal
kalau mau dirunut sebenarnya secara etimologi, radikal berasal dari kata
latin, radix/radici, yang berarti “akar”. Dalam politik, istilah “radikal”
mengacu pada individu, gerakan atau partai yang memperjuangkan perubahan sosial
atau sistim politik secara mendasar atau keseluruhan.
Istilah
“radikal”muncul di panggung politik kira-kira abad ke-18 di Eropa dan ke-19 di
Amerika Serikat. Ya segitu dulu pembahasannya dari segi bahasa dan sejarahnya
intinya akar, ngomong-ngomong akar jadi teringat lagi dengan jenis akar-akaran
terutama bajakah khas Kalimantan, yang sempat saya singgung di awal bahkan jadi
judul tulisan saya ini, sengaja mencari benang merahnya kenapa kata "Radik
dan Bajakah" ditulis, karena di 'sherch engine google' paling sering
dicari sama neatizen.
Ya akhirnya
kata radik alias akar bajakah sudah ketemu dipembahasan yang ini. karena
sempat mengemuka setelah tiga siswa SMAN 2 Palangkaraya, Kalimantan Tengah,
menjuarai kompetisi internasional.
Pasalnya
ketiganya berhasil menemukan tumbuhan yang bisa dijadikan obat penyembuh
kanker. Bahkan temuannya diakui dunia, kereen kan?..
Ketiga
siswa itu bernama Yazid, Anggina Rafitri, dan Aysa Aurealya Maharani.
Dari penemuan ini saya jadi teringat akan peristiwa yang
saya alami sendiri dengan akar bajakah dan dikuatkan oleh testimoni teman-teman
yang juga sempat meminum airnya, kata mereka setelah minum airnya yang tidak
ada rasanya itu tapi membuat badan terasa radikal yaitu segar dan fit, semoga
saja itu bajakah yang akan membawa berkah bagi negeri ini selain tumbuhan lain
yang juga kaya akan kandungan khasiatnya. Wallahu a'lam bishawab.
No comments:
Post a Comment
Komentar Anda sopan kami hargai