Pada suatu hari duduklah seorang Kake tua diberanda rumahnya sambil menikmati hidangan kue yang ada didepannya, ketika ia sedang menikmati kue itu, tiba-tiba ia kedatangan tamu yaitu seorang pemuda yang gagah. Ketika pemuda ini mengucap salam, maka kemudian Sang kake dengan penuh keramahan menjawabnya dan setelah itu mempersilahkan anak muda tersebut untuk duduk. Sang kake kemudian menanyakan maksud kedatangan anak muda tersebut” Anak muda itu menjawab dengan nada yang lemas. Wahai anak muda kenapa? Sepertinya wajahmu menyimpan masalah” kata Sang kake dengan tenang, “ia ke saya sedang dirundung masalah” makanya saya pergi kesini untuk minta nasehatnya” jawab anak muda. Akhirnya tanpa basa-basi pemuda itu pun langsung menceritakan semua permasalahnya.
Sang Kake itu hanya mendengarkan dengan penuh perhatian, namun tidak berapa lama kemudian tiba-tiba sang Kake itu minta izin sebentar ia ingin masuk kedalam rumahnya. Dan tidak seberapa lama kemudian Kake ini kembali dengan membawa sesuatu ditangannya yaitu segenggam serbuk pahit. Anak muda ini bertanya” untuk apa Ke?. Tidak usah bertanya dulu “ sekarang kamu ambil gelas ini dan isi air” perintah Kake tersebut. Maka anak muda itupun mengambilnya.
Kemudian sang Kake menaburkan serbuk pahit digelas anak muda tersebut, maka dengan spontan anak muda itu bertanya, untuk apa ini Ke?”. Tidak usah bertanya dulu” jawab Kake, sekarang kamu minum air ini”. Akhirnya anak muda itupun meminumnya. Setelah diminum, sang Kake bertanya “bagaimana rasanya?". "Pahit, pahit sekali ", jawab pemuda itu sambil meludah ke samping kirinya. Dan tidak berapa lama kemudian Sang Kake lalu mengajak tamunya ini untuk berjalan ke tepi telaga belakang rumahnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan dan akhirnya sampai ke tepi telaga yang tenang itu.
Sesampai disana, Sang Kake itu kembali menaburkan serbuk pahit ke telaga itu, dan dengan sepotong kayu yang ada ditangannya iapun mengaduknya. "Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah." Saat si pemuda mereguk air itu, Sang Kake kembali bertanya lagi kepadanya, "Bagaimana rasanya ?" "Segar ", sahut si pemuda. "Apakah kamu merasakan pahit di dalam air itu ?" tanya Kake itu. "Tidak," sahut pemuda tersebut.
Dan tidak lama kemudian Sang Kake itupun tertawa terbahak-bahak sambil berkata: “ Wahai anak muda, dengarkan baik-baik. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam serbuk pahit ini, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnyapun sama dan memang akan tetap sama. Tetapi kepahitan yg kita rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Artinya kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkannya. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu yg kamu dapat lakukan; lapangkanlah dadamu menerima semuanya itu, luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu."
Sang Kake itu pun kembali memberikan nasehatnya : "Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya ? Oleh karenanya jangan jadikan hatimu seperti gelas, buatlah laksana telaga yg mampu menampung setiap kepahitan itu, dan merubahnya menjadi kesegaran dan kedamaian."
Karena Hidup adalah sebuah pilihan...ketika sudah memilihnya maka perjuangkanlah , janganlah kemudian hatimu mempertanyakan tapi jalani dulu kehidupan itu dengan baik untuk kemudian cepat atau lambat kita akan menerima hasilnya .. belajar bersabar menerima kenyataan adalah yang terbaik oleh karena itu jangan pernah menyerah. Buatlah sejarah buat anak dan cucumu.
No comments:
Post a Comment
Komentar Anda sopan kami hargai