Permainan
panjat pinang adalah permainan anak Indonesia sebenarnya yang main tidak hanya anak2 orang
dewasapun sangat suka dengan permainan ini apalagi kalau 17 agustusan.
Lomba Panjat pinang sering menjadi
tontonan yang sangat dinantikan oleh masyarakat. Riuh rendahnya suara penonton
memberikan semangat untuk para peserta. Suara yang memberikan dorongan untuk
dapat menyelesaikan dan menuntaskan sebuah harapan. Terkadang juga suara yang
sering melemahkan semangat peserta. Namun itu semua adalah pesona panjat pinang
yang selalu dinanti karena sangat
menghibur.
Para penonton mampu memberikan saran
dan kritikan terhadap peserta. Karena penonton sebagian adalah teman dekat atau keluarga yang pemanjatnya kebetulan
ada yang terlibat. Terkadang perlombaan ini adalah permainan yang sangat berkesan
bagi saya meskipun saya tidak pernah mengikuti lomba panjat pinang, hanya jadi
penonton tapi bukan saya tidak bisa manjat, kalau masalah memanjat apa saja
saya bisa kecuali pohon tauge..he..he.. bercanda. Sebenarnya dari lomba ini
ada pembelajaran hidup yang dapat diambil dan diterapkan di
kehidupan. Terlepas itu baik dan benar. Namun banyak hal yang kurang
proposional dalam mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk mengadakan panjat pinang
menggunakan batang pinang yang
besar agar kelihatan kuat dan tidak mudah goyah
Ibaratnya kalau mau membangun negri ini harus memiliki pondasi yang kuat. Dan yang
kedua batangnya harus dilumuri oli atau gemuk agar tidak mudah dipanjati,
ibarat orang kalau mau sukses harus melalui rintangan yang cukup sulit karea
licin jalan yang harus dilalui. Dan proses
untuk mencapai puncak membutuhkan kerjasama team. Secara disiplin
ilmu motivasi setiap orang pertama yang bisa mencapai puncak adalah mereka yang
bermental penakluk. Hal ini merujuk kepada Adversity Quationt. Sedangkan
menurut teorinya Mc Celland adalah orang yang mampu memaksimalkan need achievement
(kebutuhan berprestasi). Kemudian mengkombinasikan dengan need of power
(kebutuhan menguasai). Dimana sebuah prestasi mampu memberikan kuasa penuh kepada orang pemberani dan punya visi.
Namun disisi lain panjat pinang menyisakan sebuah tradisi yang
memiliki nilai-nilai negative. Untuk mendapatkan posisi pertama membutuhkan
pengorbanan dengan menginjak bagian bawah sebagai kekuatan pertahanan. Mereka
yang dibawah mendapatkan bagian hadiah yang sedikit dan terkadang tidak
mendapatkan apa-apa kecuali bamper bagi pemenang. Tradisi ini sering terlihat
diranah politik kekuasaan ataupun politik karier yang kurang baik. Pada politik
kekuasaan seseorang akan memanfaatkan orang bawah sedemkian rupa dengan
memberikan harapan untuk mendapatkan kesempatan dan bagian tertentu dari hadiah
pemenang. Moment pemilu adalah moment untuk memberikan harapan bagi masyarakat
sebagai landasan pertama untuk dapat naik tangga kekuasaan. Rakyat biasa
dijadikan lapisan terbawah, elit masyarakat menjadi lapisan tengah yang juga
ikut menginjak rakyat biasa. Sedangkan elit penguasa menjadi teratas dengan
sigap mengambil peluang terbaik menjadi pemenang.
Dalam tradisi panjat pinang juga ada persaingan antar kelompok.
Masing masing kelompok saling mendahului untuk bisa sampai ke atas. Satu
kelompok mencoba untuk dapat menjadi pemenang sedangkan yang lain mencoba
meancang ancang bagaimana strategi untuk sampai keatas bila kelompok pertama
tidak mampu. Berbagai kata demotivasi meluncur untuk memberikan tekanan demi
tekanan. Hal ini ibarat partai politik yang mencoba untuk mendapatkan kekuasaan
dengan menaikkan pemimpin yang diusung oleh kelompok. Bila gagal maka kelompok
lain akan mengambil alih. Terkadang kelompok yang tidak mampu mengutus pimpinan
keatas tidak mendapatkan apa-apa dari kelompok pemenang.
Disatu sisi juga terjadi peleburan kelompok dan mesti mengalah
antara nomor satu dengan hadiah utama, dan ketua kelompok selanjutnya sebagai
orang kedua dengan hadiah sekedarnya. Hal ini tergantung dengan negosiasi dan
hitungan sumberdaya yang digunakan. Inilah potret yang sering digunakan dalam
pemilihan Presiden dan wakil presiden dan pilihan pasangan lainnya. Maka wajar
bila President mendapatkan banyak hadiah sedangkan wakil mengurut dada karena
menjadi orang nomor dua.
Apakah sebegitu buruknya panjat pinang sebagai sebuah analogi?
Tidak ada banyak pembelajaran manajemen strategi dan kekuatan team untuk
mencapai suatu tujuan pribadi yang terdapat dalam tujuan bersama.
Lomba Panjat pinang yang selalu diadakan pada setiap 17 an adalah metaphor tentang bagaimana
wajah Indonesia hari ini ternyata
sedikit banyaknya memberikan
bentuk wajah gambaran demokrasi yang penuh permainan dan
intrik.
Kalau seandainya bangsa ini bisa belajar
bagaimana melihat pemimpin itu, lihatlah pada kegiatan sholat berjamaah yang
teratur, satu orang pemimpin berada pada barisan depan dan kemudian shaf kedua
diisi oleh barisan makmum yang semuanya patuh kepada sang imam, tidak ada
seorang makmum yang mendahului imam semuanya teratur.
Semoga riuh rendahnya politik untuk melahirkan penguasa mampu
belajar dari tradisi pemimpin di shalat berjamah dan bukan politik panjat
pinang yang masih menyisakan banyak perdebatan antara baik dan buruk, benar dan
salah, etis dan tidak etis.
Semuanya berpulang kepada kita, untuk menentukan dibarisan mana
kita, atau mampu menjadi pemimpin namun tidak mau mengambil tanggungjawab. Dan
malah sibuk bersorak sorai diluar untuk mendapatkan pujian sekaligus cacian
dari penonton yang akan bertepuk tangan sambil mengumbar banyak kata. Wallahu a’lam bissawab.
No comments:
Post a Comment
Komentar Anda sopan kami hargai