Memaknai Filosofi Air Mendidih

Monday 7 March 2011



Pada suatu hari seorang anak mengeluh kepada ayahandanya ia maratapi tentang nasibnya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat dan menyesakkan dada . Ia hampir putus asa. Ia sudah merasa capek, rasanya apa yang telah diusahakannya sudah sia-sia. Dan lebih parah lagi setiap kali satu masalah satu belum selesai, timbul masalah baru.

Ya kebetulan ayahnya, seorang koki disebuah restoran. Ketika sang anak menemuinya, maka sang ayahpun membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas kompor. Kemudian setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh kentang di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Sang anak membisu tanpa berkata-kata dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api yang ada dikompor. Ia menyisihkan kentang dan menaruhnya di piring, mengangkat telur dan meletakkannya di piring yang lain, dan menuangkan kopi di gelas. Lalu ia bertanya kepada sang anak, "Apa yang kau lihat, nak?" "Kentang, telur, dan kopi" jawab si anak.

Sang ayah mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Sang anakpun melakukannya dan merasakan bahwa kentang itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras. Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang begitu khas.

Setelah itu, si anakpun bertanya, "Apa arti semua ini, wahai Ayah?" Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi kesulitan yang sama, perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda. Kentang sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipecahkan. Tetapi setelah direbus, kentang menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya  melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut. "Kamu termasuk yang mana?," tanya ayahnya. "Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?" Bagaimana dengan kamu?

Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan gairah untuk bangkit?. Apakah kamu mirip seperti telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku? Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat. Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.

No comments:

Post a Comment

Komentar Anda sopan kami hargai

 
Copyright © 2016. ARTICLE ARPAN.
Design by ARPAN NEWS. & Distributed by Free Blogger Templates
Creative Commons License