Resensi Novel Azab dan Sengsara

Wednesday 1 April 2020


Judul Buku : Azab dan Sengsara

Pengarang : Merari Siregar
Penerbit : Balai pustaka
Tahun Terbit : 1927
Kota Terbit : Jakarta
Cetakan : Dua Puluh, 2000
Tebal Buku : 163 halaman
ISBN : 979-407-168-4

Sinopsis 
Di tengah kota Sipirok ada seorang gadis yang bernama Mariamin atau biasa di sebut Riam. Mariamin tinggal di pondok bambu yang beratapkan ijuk dekat sungai di tengah tengah kota Sipirok. Di waktu senja, Mariamin duduk di seuah batu besar depan rumah nya seperti biasa untuk menunggu kedatangan sang kekasih. Sore ini, Aminuddin datang menemui Mariamin. Mariamin mengajak Aminuddin untuk masuk kerumahnya. Aminuddin menolak karna tujuan dia datang adalah berpamitan kepada Mariamin  untuk pergi ke Deli. Mariamin sangat sedih mendengar itu. Aminuddin meyakinkan Mariamin bahwa Aminuddin pergi untuk mencari uang yang banyak agar Aminuddin bisa menikahi Mariamin dan membawa Mariamin keluar dari kesengsaraan.

Aminuddin adalah anak dari kepala kampung. Ayah Aminuddin adalah seorang kepala kampung yang terkenal di daerah Sipirok. Harta benda milik Orang tua Aminuddin sangatlah banyak. Tetapi Aminuddin tetap ingin bekerja dan menghasilkan uang sendiri untuk menikahi Mariamin. Karna Aminuddin adalah anak yang rajin, cerdas dan bertabiat baik.

Setelah Aminuddin berpamitan pada Mariamin untuk pulang kerumahnya, Mariamin masuk kedalam rumah nya untuk menyuapi Ibunya yang sedang sakit sejak lama. Mariamin berusaha menyembunyikan kesedihannya di depan Ibunya karna Mariamin tak ingin membuat Ibunya bersedih. Sekuat apapun Mariamin berusaha menyembunyikan  kesedihan itu, tetap saja Ibunya mengetahui bahwa anaknya itu sedang sedih, tapi Ibunya mengira bahwa kesedihan anaknya itu karena Ibunya yang sedang sakit. Setelah selesai menyuapi Ibunya, Mariamin pergi ke kamarnya untuk beristirahat. Tpi Mariamin tak bisa tidur, pikirannya melayang mengingat masa lalu nya saat ia masih kecil.

Ayah Mariamin, Sutan Baringin adalah orang yang kaya di daerah Sipirok. Tetapi karna Sutan Baringin suka menghambur-hamburkan uang dengan hal hal yang tak baik, tak lama kemudian ia jatuh miskin dan harta nya habis. Ibu Mariamin adalah orang yang sabar, setia, sederhana dan pengiba, dan sifatnya itu berlawanan dengan sifat suaminya yang malas, tamak, suka menghambur-hamburkan uang dan bengis.

Aminuddin dan Mariamin adalah sepupuan, maka dari itu mereka bisa sangat dekat. Hubungan antara Mariamin dan Aminuddin semakin dekat ketika suatu hari Mariamin tergelincir dari jembatan bambu. Aminuddi pun terjun ke sungai untuk menyelamatkan Mariamin. Mariamin pun selamat. Sejak saat itu, Mariamin merasa berhutang budi dengan sepupunya itu.

Setelah 3 bulan Aminuddin berada di Deli, ia mengirim surat pada Mariamin dan memberitahukan kalau Aminuddin sudah mendapatkan pekerjaan di Deli, dan Mariamin membalas surat Aminuddin.

Mariamin sangat senang ketika menerima surat dari Aminuddin yang isinya menyuruh Mariamin untuk bersiap siapa karna Mariamin akan ikut bersama orang tua Aminuddi ke Deli atas permintaan Aminuddin. Aminuddin meminta orang tua nya untuk membawa Mariamin ke Deli karna Aminuddin ingin menikahi Mariamin. Tetapi Ayah Aminuddin tak menyetujui hal itu. Ayah Aminuddin sangat menentang perhikahan mereka walau istrinya membujuk suaminya itu.

Mariamin sudah menyiaapkan jamuan untuk menyambut orang tua Aminuddin. Tetapi orang tua Aminuddin tak datang datang padahal Mariamin sudah mennunggunya. Malah yang datang adalah surat permintaan maaf dari Aminuddin. Isi surat itu adalah permberitahuan bahwa orang tua Aminuddin sudah berada di Deli dengan membawa gadis lain yang kan menjadi calon istri Aminuddin. Aminuddin sangat kecewa pada orang tuanya tetapi Aminuddin juga tak bisa menolak permintaan orang tuanya karna tak ingin membuat orang tuanya malu.

Mariamin tetap memaafkan Aminuddin walau hatinya hancur karna semua harapannya untuk keluar dari kesengsaraan pun sudah hilang. Mariamin jatuh sakit karna cintanya terhalang. Suatu hari Ayah Aminuddin datang menemui Mariamin untuk meminta maaf dan menyesali segala perbuatannya.

Beberapa bulan kemudian, Mariamin dikawinkan dengan seorang kerani yang tak Mariamin kenal, bernama Kasibun. Tak lama kemudian Mariamin mengetahui nahwa suaminya itu beru saja menceraikan istrinya yang di medan untuk bisa menikah dengan Mariamin. Umur Kaibun sudah cukup tua untuk Mariamin. Setelah  menikah, Mariamin ikut bersama suaminya untuk tinggal di Medan. Akan tetapi Kasibun memiliki suatu penyakit yang menular maka dari itu Mariamin tak mau melayani Kaibun karena takut tertular dengan penyakit Kaibun.

Aminuddin datang untuk menemui Mariamin di rumah Mariamin. Kasibun sedang bekerja saat itu. Kasibun yang mengetahui bahwa Aminuddin menemui Mariamin saat itu merasa sangat marah karna Mariamin berlaku baik pada Aminuddin sedangkan Mariammin berlaku tak baik pada Kasibun. Kasibun itu tak segan segan memukul dan menampar Mariamin. Kasibun selalu menyiksa Mariamin bahkan Mariamin pernah di usir dari kamarnya dan tidur dilantai.

Akhirnya Mariamin melaporkan perlakuan suaminya ke kantor polisi arena sudah tak tahan dengan perlakuan suaminya itu. Kasibun pun tak bisa melawan. Kasibun akhirnya membayar denda sebesar 25 Rupiah. Kasibun juga sudah mengaku bersalah dan ia harus merelakan untuk bercerai dengan Mariamin. Mariamin sangat sedih dan ia kembali pulang ke Sipirok, rumah ibunya dengan membawa nama yang kurang baik, membawa malu, menambah azab dan sengsara yang bersarang dirumah kecil yang di pinggir sungai Sipirok.

Hidup Mariamin sudah habis dan kesengsaraan di dunia sudah selesai. Azab dan Sengsara dunia ini sudah tinggal di atas bumi, berkubur dengan jazad badan yang kasar itu

Kelebihan :
1. Cerita ini mengandung berbagai pesan yang baik untuk para remaja yang biasanya mudah putus asa hanya karna suatu masalah kecil.
2. Menggunakan ungkapan yang menunjukkan nilai kesastraan
3. Mengajarkan kita untuk tetap sabar akan segala cobaan.
4. Kertas buku tebal

Kelemahan :
1. Menggunakan kata kata yang sulit dimengerti
2. Menggunakan kata kata daerah Medan asli sehingga kurang memahami
3. Terdapat penulisan kata-kata yang tidak baku

Penilaian :
Novel ini sangat menarik untuk dibaca karena didalamnya terdapat nilai-nilai adat yang ada di Tapanuli. Terdapat juga penilaian yang baik untuk para remaja saat ini an juga terdapat motivasi bagi anak remaja agar tak mudah putus asa dalam menghadapi masalah. Jadi buku ini sangat bermanfaat untuk kita semua para pembaca terkhusus para pelajar masa kini.


Bagi yang mau download versi lengkapnya di Azab dan Sengsara

No comments:

Post a Comment

Komentar Anda sopan kami hargai

 
Copyright © 2016. ARTICLE ARPAN.
Design by ARPAN NEWS. & Distributed by Free Blogger Templates
Creative Commons License