Mencari Benang Merah Antara Radik & Bajakah

Thursday 15 August 2019


Oleh : Sarpani Arpan

Kata "Bajakah" Akhir-akhir ini lagi viral  di jagat maya. Bajakah kepanjangan dari Balikpapan, Samboja, Kariangau dan Handil, atau bisa juga Balikpapan jadi ibu kota berkah, "he..hee berharap" atau istilah anak Kalimantan "Balikpapan jadi ibu kotakah?, layakkah??.."sory sedikit intermezzo,,,,"ga usah serius amat bacanya, santai!"

"Oya kembali ke laptop!", selain video ada lagi yang bertanya,"bujurkah itu?" has bahasa Kalimantan. Iya seorang Youtuber yang lagi heboh karena alasan sederhana mau istirahat sejenak dari media sosial.
Seorang kawan lainnya ga mau ketinggalan "bujurkah itu videonya?" eits video apa itu, jawab teman lainnya" maksudnya inilah si Youtuber ya, mau rehat, istilah saya maaf 'muntaber' alias mundur tanpa berita. Ya mundur dari media sosial memang mulai banyak digaungkan para milenial, ketika mereka merasa fanatik dan berlebihan menjalani hidup di dunia virtual alias radikal jadilah kecanduan.

Lalu ada lagi berita heboh hanya gara-gara calon TNI membawa bendera Tauhid yang dipersoalkan bukan karena dia blasteran Perancis tapi karena memanggul bendera tauhid. Langsung dilabeli 'radikal'.

Sudah begitu parahkah phobia dan paranoid merasuki jiwa bangsa ini?
Semoga saja tidak, karena kalau itu terjadi mau sampai kapan stigmatisasi dari istilah intoleransi sampai istilah radikalisme digaungkan?. ngomong-ngomong radikal saya lebih tertarik membahasnya dalam perspektif bahasa.
Radikal kalau mau dirunut sebenarnya secara etimologi, radikal berasal dari kata latin, radix/radici, yang berarti “akar”. Dalam politik, istilah “radikal” mengacu pada individu, gerakan atau partai yang memperjuangkan perubahan sosial atau sistim politik secara mendasar atau keseluruhan.
Istilah “radikal”muncul di panggung politik kira-kira abad ke-18 di Eropa dan ke-19 di Amerika Serikat. Ya segitu dulu pembahasannya dari segi bahasa dan sejarahnya intinya akar, ngomong-ngomong akar jadi teringat lagi dengan jenis akar-akaran terutama bajakah khas Kalimantan, yang sempat saya singgung di awal bahkan jadi judul tulisan saya ini, sengaja mencari benang merahnya kenapa kata "Radik dan Bajakah" ditulis, karena di 'sherch engine google' paling sering dicari sama  neatizen.

Ya akhirnya kata radik alias akar bajakah sudah ketemu dipembahasan yang ini.  karena sempat mengemuka setelah tiga siswa SMAN 2 Palangkaraya, Kalimantan Tengah, menjuarai kompetisi internasional.
Pasalnya ketiganya berhasil menemukan tumbuhan yang bisa dijadikan obat penyembuh kanker. Bahkan temuannya diakui dunia, kereen kan?..

Ketiga siswa itu bernama Yazid, Anggina Rafitri, dan Aysa Aurealya Maharani.

Dari penemuan ini saya jadi teringat akan peristiwa yang saya alami sendiri dengan akar bajakah dan dikuatkan oleh testimoni teman-teman yang juga sempat meminum airnya, kata mereka setelah minum airnya yang tidak ada rasanya itu tapi membuat badan terasa radikal yaitu segar dan fit, semoga saja itu bajakah yang akan membawa berkah bagi negeri ini selain tumbuhan lain yang juga kaya akan kandungan khasiatnya. Wallahu a'lam bishawab.

No comments:

Post a Comment

Komentar Anda sopan kami hargai

 
Copyright © 2016. ARTICLE ARPAN.
Design by ARPAN NEWS. & Distributed by Free Blogger Templates
Creative Commons License