Luar biasa jengkelnya
peserta simposium korban 1965 ketika penyair Taufiq Ismail membacakan puisinya beberapa
waktu lalu di Hotel Aryaduta Jakarta.
Para peserta yang meneriaki Taufik diduga eks anggota dan simpatisan Partai
Komunis Indonesia (PKI).
Taufik diteriaki dan
dicemoh saat membacakan puisi. Berikut puisi Taufiq Ismail yang membuat para
komunis marah dan gusar.
Dua
orang cucuku bertanya tentang angka-angka
Datuk-datuk
, aku mau bertanya tentang angka-angka
Kata
Aidan, cucuku laki-laki
Aku
juga, aku juga, kata riani cucuku yang perempuan
Aku
juga mau bertanya tentang angka-angka
Rupanya
mereka pernah membaca bukuku tentang angka-angka dan ini aga mengherankan
Karena
mestinya mereka bertanya tentang puisi
Tetapi
baiklah,
Rupanya
mereka di sekolahnya di SMA ada tugas menulis makalah
Mengenai
puisi, dia sudah banyak bertanya ini itu, sering berdiskusi
Sekarang
Aidan dan Raina datang dengan ide mereka
Menulis
makalah dengan angka-angka
Begini
datuk,
Katanya
ada partai di dunia itu membantai 120 juta orang, selama 74 tahun di 75 negara
Kemudian
kata Aidan dan Raina, ya..ya.. 120 juta orang yang dibantai
Setiap
hari mereka membantai 4500 orang selama 74 tahun di 75 negara
Kemudian
cucuku bertanya
Datuk-datuk,
ko ada orang begitu ganas?
Kemudian
dia bertanya lagi,
Kenapa
itu datuk? Mengapa begitu banyak?
Mereka
melakukan kerja paksa, merebut kekuasaan di suatu negara
Kerja
paksa
Kemudian
orang-orang di bangsanya sendiri berjatuhan mati
Kerja
paksa
Kemudian
yang kedua
Sesudah
kerja paksa,
Program
ekonomi di seluruh negara komunis tidak ada satupun yang berhasil
Mati
kelaparan, bergelimpangan di jalan-jalan
Kemudian
yang ketiga,
Sebab
jatuhnya puisi ini
Sebabnya
adalah mereka membanatai bangsanya sendiri,
Mereka
membantai bangsanya sendiri
Di
Indonesia
Pertamakali
dibawa oleh Musso, dibawa Musso.
Di
Madiun mereka mendengarkan pembantaian
Sayangnya, belum sempat
menyelesaikan puisinya penyair senior yang pernah mendapat penghargaan Cultural Visit
Award dari pemerintah
Australia tersebut, diteriaki para komunis yang hadir saat itu, dan terpaksa
dikeluarkan oleh panitia karena alasan keamanan. Beginikah cara berdemokrasi?
Pada saat yang sama mereka juga memakai kaos beratribut symbol PKI, sementara
ada yang mengenakan kaos kalimat tauhid ditangkap.
No comments:
Post a Comment
Komentar Anda sopan kami hargai